Rabu, 14 Desember 2016

Askep ITP



BAB 1
KONSEP MEDIS

1.1  Pengertian
      ITP merupakan singkatan dari Ideopatik Trombositopenia Purpura.Ideopatik diartikan sebagai penyebab yang tidak diketahui. Trombositopenia adalah jumlah trombosit dalam darah berada dibawah normal. Purpura adalah memar kebiruan disebabkan oleh pendarahan dibawah kulit. Memar menunjukkan bahwa telah terjadi pendarahan di pembuluh darah kecil dibawah kulit (Dorland, W.A Newma, 2006).
      ITP adalah syndrome yang di dalamnya terdapat penurunan jumlah trombosit yang bersirkulasi dalam keadaan sum-sum normal (normalnya adalah 150.000 sampai 450.000 ) atau dapat diartikan bahwa idiopatik trombositopenia purpura adalah kondisi perdarahan dimana darah tidak keluar dengan semestinya terjadi karena jumlah platelet atau trombosit rendah. Sirkulasi platelet melalui pembuluh darah dan membantu penghentian perdarahan dengan cara menggumpal. ITP juga di artikan sebagai suatu kelainan yang berupa gangguan autoimun yang mengakibatkan trombositopenia karena adanya penghancuran trombosit secara dini dalam sistem retikuloendotel akibat adanya autoantibody terhadap trombosit yang biasanya berasal dari Immunoglobulin IgG. Adanya trombositopenia pada ITP ini akan mengakibatkan gangguan pada sistem hemostasis karana trombosit bersama dengan sistem vaskular faktor koagulasi darah(wiwik dan Sulistiyo, 2008 : 130).
1.1.1   Klasifikasi ITP
a.       Akut
1)      Pada anak-anak dan dewasa muda.
2)      Riwayat infeksi virus 1-3 minggu sebelumnya.
3)      Gejala pendarahan bersifat mendadak.
4)      Lama penyakit 2-6 minggu atau 6 bulan, jarang lebih dan remisi spontan pada 80% kasus.
5)      Tidak dijumpai kekambuhan berikutnya.
b.      Kronik
1)      Paling banyak terjadi pada wanita muda dan pertengahan.
2)      Jarang terdapat infeksi sebelumnya.
3)      Gejala pendarahan bersifat menyusup, pada wanita berupa menomethoragi.
4)      Trombositopenia berlangsung lebih dari 6 bulan setelah diagnostik.
5)      Jumlah trombosit tetap di bawah normal selama penyakit.
6)      Jarang ternyadi remisi spontan.
1.1.2  Prognosis ITP
a.       Pada anak-anak 89% sembuh, 54% sembuh dalam 4-8 minggu, 2% meninggal.
b.      Pada orang dewasa 64% sembuh, 30% penyakit kronik, 5% meninggal.
c.       Bila pasien tidak mengalami pendarahan dan memiliki jumlah trombosit diatas. 20.000/, haris dipertimbangkan untuk tidak memberikan terapi karena banyak pasien trombositopenia kronik yang parah dapat hidup selama 2-3 dekade.

Tabel Perbedaan ITP Akut Dengan ITP Kronik
(Bakta, 2006; Mehta, et. Al,2006)


ITP Akut
ITP Kronik
Awal Penyakit
2-6 tahun
20-40 tahun
Rasio L:P
1:1
1:2-3
Trombosit
<20.000/mL
30.000-100.000/mL
Lama penyakit
2-6 minggu
Beberapatahun
Perdarahan
Berulang
Beberapa hari/minggu

1.2  Etiologi
Penyebab pasti dari ITP belum diketahui.Kemungkinan disebabkan oleh akibat:
a.       Intoksikasi makanan atau obat (asetosal para amino salisilat (PAS), Fenil butazon diamokina, sedormid).
b.      Penurunan produksi trombosit defektif didalam sumsum tulang.
c.       Peningkatan proses perhancuran trombosit diluar sumsum tulang yang disebabkan pengyakit atau gangguan lain seperti seosis hati, koagulasi intrafaskular, diseminata.
d.      Sekuestrasi (hiperplenisme, hipotermia) atau kehilangan trombosit.
e.       Infeksi virus (epstein-barr atau monolukleusis infeksius, virus demam berdarah.
f.       Reaksi autoimun yang menyerang trombosit dengan menghancurkannya secara berlebihan sehingga terjadi trombositopenia.

1.3  Patofisiologi
      Terjadinya ITP melibatkan autoantibody (IgG) terhadap glikoprotein yang ada pada membran trombosit. Sehingga terjadi penghancuran trombosit yang diselimuti antibody (antibody-coated platelets) oleh makrofag yang terdapat pada limfa dan organ retikuloendotelial lainnya. Megakariosit dalam sumsum tulang bisa meningkat dan bisa juga normal pada kasus ITP. Sedangkan kadar trombopoitin dalam plasma mengalami penurunan terutama pada ITP kronis. Pada ITP akut telah dipercaya bahwa penghancuran trombosit karena adanya antibodi yang dibentuk pada saat terjadinya respon imun terhadap infeksi bakteri atau virus ataupun saat pemberian imunisasi, yang bereaksi silang dengan antigen dari trombosit. Pada ITP kronis telah terjadi gangguan dalam regulasi sistem imun, seperti penyakit autoimun lainnya yang berakibat terbentuknya antibodi spesifik terhadap trombosit. Saat ini telah diidentifikasi beberapa jenis glikoprotein permukaan trombosit pada ITP diantaranya Gp Ilb-Ila, Gp Ib dan GP V. Antibodi ini menyebabkan lokalisasi protein komplemen atau lisis trombosis dalam sirkulasi bebas. ITP juga dapat timbul setelah infeksi, khususnya pada anak-anak dan sering timbul tanpa adanya peristiwa pendahuluan. ITP yang menetap biasanya dapat ditekan dengan kortikosteroid  untuk mengurangi pembuangan trombosit oleh limpa dan hati.
      Reaksi autoimun menyerang platelet dengan menghancurkannya secara berlebihan sehingga terjadi trombositopenia. Penghancuran ini juga bisa dilakukan oleh antibodi dari obat dengan melawan jaringannya sendiri. Normalnya jumlah platelet hanya mampu bertahan 1-3 hari atau bahkan kurang. Pada remaja indikasi tindakan tergantung dari tingkat perdarahan dan trombositosis.
      Penderita dengan trombositopenia kebanyakan mengalami pendarahan yang terjadi karena peristiwa agresi pada pada trombosit dan dapat menyumbat kapiler-kapiler kecil sehingga merusak kapiler-kapiler tersebut dan mengakibatkan perdarahan pada jaringan (Wiwik dan Sulistyo, 2008:131).



 
1.4  Pathway
                                    ideopatik, Penurunan produksi trombosit, virus dan bakteri


 
                                                      Reaksi autoimun

                                                      Auto antibody (IgG)
 

                                                      Melekat pada trombosit

                                          Menyerang platelet dalam darah

                              Dihancurkan oleh makrofag di RE, penghancuran
                                                      Trombosit berlebihan

                                                      Jumlah trombosit menurun
ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh               ITP                              intoleransi aktivitas

Nafsu makan menurun                  Trombositopenia                     Mudah lelah
 

                                                                  Pendarahan

                                                                  Anemia


 
Kadar Hb                                                                                                  purpura

Ketidakseimbangan perfusi                                                                   Kerusakan     jaringan                                                                                        integritas                                                                                                                          kulit

1.5  Tanda dan Gejala
a.       Bintik-bintik merah pada kulit terutama di daerah kaki.Bintik-bintik tersebut dikenal dengan petechiae yang disebabkan karena adanya pendarahan dibawah kulit.
b.      Memaratau daerah kebiruan pada kulit atau membrane mukosa (seperti di bawahmulut) disebabkan pendarahan di bawahkulit.
c.       Hidung mengeluarkan darah atau pendarahan padagusi.
d.      Ada darahpadaurindanfeses.
e.       Beberapa macam pendarahan yang sukar dihentikan dapat menjadi tanda ITP termasuk menstruasi yang berkepanjangan pada wanita.
f.       Jumlah platelet yang rendahakan menyebabkan nyeri, fatigue (kelelahan), sulit berkonsentrasi, ataugejala yang lain.

1.6  Pemeriksaan Diagnostik
a.       Jumlah trombosit rendah  (normal: 150.000-450.000 ).
b.      Tes kerapuhan kapiler meningkat.
c.       Aspirasi sumsum tulang menunjukkan peningkatan jumlah megakariosit. (N: dewasa:0,1%, anak-anak:0,1%, bayi:0,5%).
d.      Perhitungan darah secara lengkap (hemoglobin, hematrokit, leukosit, trombosit, dan eritrosit).
e.       Uji anti bodi trombosit dilakukan bila diagnostik diragukan:
1)      Biopsi jaringan pada kulit dan gusi.
2)      Pemeriksaan dengan slip lamp: untuk melihat adanya uveitis.
3)      Biopsi ginjal.
4)      Foto torax dan uji paru (evusi, fibrosis interstial paru).

1.7  Komplikasi
a.       Reaksi transfusi.
b.      Relaps.
c.       Pendarahan dan nyeri pada susunan saraf pusat.

1.8  Penatalaksanaan
1.8.1        Terapiawal ITP (standar):
a.       Prednison
Terapi awal prednisoon atau prednisondosis 0,5-1,2 mg/kgBB/hari selama 2 minggu. Respon terapi prednisone terjadi dalam 2 minggu dan pada umumnya terjadi dalam minngu pertama, bila respon baik dilanjutkan sampai 1 bulan.
b.      ImunoglobulinIntravena(IgIV)
Imunoglobulin intra vena dosis 1g/kg/hr selama 2-3 hari berturut-turutdigunakan bila terjadi pendarahan internal, saat AT(antibody trombosit) <5000/ml meskipun telah mendapat terapi kortikosteroid dalam beberapa hari atau adanya purpura yang progresif. Pendekatan terapi konvensional untuk pasien yang dengan terapi standarkortikosteroid tidak membaik, ada beberapa pilihan terapi yang dapat digunakan, yaitu:
1)      Steroid dosistinggi
Terapi pasien ITP refrak terselain predni solon dapat digunakan deksame tasonoral dosistinggi. Deksametason 40 mg/hr selama 4minggu, diulangsetiap 28 hariuntuk 6 siklus.
2)      Metiprednisolon
Metilprednisolon dosis tinggi dapat diberikan pada ITP anak dan dewasa yang resisten terhadap terapi prednisone dosis konvensional. Dari hasil penelitian menggunakan dosis tinggi metiprednisolon 30 mg/kg iv kemudian dosis diturun kantiap 3 hari sampai 1 mg/kg sekali sehari.
3)      Ig IV dosis tinggi
Imunoglobulin iv dosis tinggi 1 mg/kg/hr selama 2 hari berturut-turut, sering dikombinasi dengan kortikosteroid akan meningkatkan AT dengan cepat. Efek samping terutama sakit kepala.

1.8.2        Farmakologi 
a.        ITP Akut
1)      Ringan: observasi tanpa pengobatan → sembuh spontan.
2)      Bila setelah 2 minggu tanpa pengobatan jumlah trombosit belum naik, maka berikan kortikosteroid.
3)      Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid, maka berikan immunoglobulin per IV.
4)      Bila keadaan gawat, maka berikan transfuse suspense trombosit.
b.      ITP Kronik
1)      Kortikosteroid diberikan selama 5 bulan.
Misalnya: prednisone 2 – 5 mg/kgBB/hariperoral. Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid berikan immunoglobulin (IV).
2)      Imunosupressan: 6 – merkaptopurin 2,5 – 5 mg/kgBB/hariperoral.
a)      Azatioprin 2 – 4 mg/kgBB/hari per oral.
b)      Siklofosfamid 2 mg/kgBB/hari per oral.

3)      Splenektomi.
b)      Indikasi:
1)      Resisten terhadap pemberian kortikosteroid dan imunosupresif selama 2 – 3 bulan.
2)      Remisi spontan tidak terjadi dalam waktu 6 bulan pemberian kortikosteroid saja dengan gambaran klinis sedang sampai berat.
3)      Penderita yang menunjukkan respon terhadap kortikosteroid namun perlu dosis tinggi untuk mempertahankan klinis yang baik tanpa perdarahan.
c)      Kontraindikasi:
1)      Anakusia sebelum 2 tahun: fung silimpa terhadap infeksi belum dapat diambil alih oleh alat tubuh yang lain (hati, kelenjar getah bening dan thymus).


BAB 2
KONSEP KEPERAWATAN
Asuhan Keperawatan Ideopatik Trombositopenia Purpura
Asuhan Keperawatan pada Klien Tn.R dengan penyakit ITP diruangan Mawar RS dr. SoetomoSurabaya

     Tn.R 30 tahun dibawa oleh keluarganya ke rumah sakit dengan keluhan nyeri panas serta timbul bercak-bercak kemerahan terjadi pada bagian kaki dan tangan. Setelah dilakukan pemeriksaan diperoleh data sebagai berikut.
2.1  Pengkajian
a.       Keluhan utama :   Bintik-bintik kemerahan yang muncul akibat pendarahan dibawah kulit, keluarnya darah dari pembuluh darah ke dermis, dan ruam tidak memucat bila ditekan. Nilai ptekie kurang dari 5 mm apabila memucat ketika ditekan. Sedangkan lebih dari 5 mm disebut purpura. Petekie ditemukan bila jumlah trombosit < 30.000/mm3.
b.       Riwayat penyakit dahulu : Pada trombositopenia akuista, kemungkinan penggunaan satu atau beberapa obat penyebab trombositopenia (heparin, kuinidin, kuinin, antibiotik yang mengandung sulfa, beberapa obat diabetes per-oral, garamemas, rifampin).
c.        Riwayat penyakit keluarga : ITP juga memiliki kecenderungan genetic pada kembar          monozigot dan pada beberapa keluarga, serta telah diketahui adanya kecenderungan menghasilkan autoantibody pada anggota keluarga yang sama.
d.      Riwayatpenyakit sekarang : Sering disebut juga mimisan yaitu satu keadaan pendarahan    dari hidung yang keluar melalui lubang hidung akibat adanya kelainan local padarongga hidung ataupun karena kelainan yang terjadi di tempat lain dari tubuh.
2.2  Pola Fungsi Kesehatan
a.       Pola persepsi terhadap kesehatan
Terjadi perubahan karena defisit perawatan diri akibat kelemahan, sehingga menimbulkan       masalah kesehatan lain yang juga memerlukan perawatan yang serius akibat infeksi.
b.      Pola nutrisi metabolism
Penderita pada umumnya kehilangan nafsu makan, dan sering terjadi pendarahan pada saluran pencernaan.
c.       Pola eliminasi
Pola ini biasanya terjadi perubahan pada eliminasi akut karena asupan nutrisi yang kurang sehingga penderita biasanya tidak bisa BAB secara normal. Terjadi melena dan hematuria adalah hal yang sering dihadapi klien.
d.      Pola istirahat-tidur
Gangguan kualitas tidur akibat perdarahan yang sering terjadi.
e.       Pola aktivitas latihan
Penderita terjadi kelelahan umum dan kelemahan otot, kelelahan, nyeri akan mempengaruhi aktifitas pada penderita ITP.
f.       Pola persepsidiri
Adanya kecemasan, menyangkal dari kondisi, ketakutan dan mudah terangsang, perasaan       tidak berdaya dan tidak punya harapan untuk sembuh.
g.      Pola kognitif perseptual
Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi kemampuan panca indra penglihatan dan pendengaran akibat dari efek samping obat pada saat dalam tahap penyembuhan.
h.      Pola toleransi koping stress
Adanya ketidak efektifan dalam mengatasi masalah individu dan keluarga pada klien.
i.        Pola reproduksi seksual
Pada umumnya terjadi penurunan fungsi seksualitas pada penderita ITP.
j.        Pola hubungan peran
Terjadi keadaan yang sangat menggangu hubungan interpersonal karena klien dengan  ITP dikenal sebagai penyakit yang menakutkan.
k.      Pola nilai dan kepercayaan
Timbulnya distress spiritual pada diri penderita, bila terjadi serangan yang hebatatau    penderita tampak kurangsehat.

2.3  Data Obyektif
a.       Keadaan Umum
Penderita dalam kelemahan, apatis, stupor, somnolen, soporo coma dan coma.          Tanda vital : suhu meningkat, takikardi, takipnea, dyspnea, tekanan darah meningkat.
b.      Pemeriksaan Fisik
            1. Inspeksi       :Adanya dispnea, takipnea, sputum mengandung darah, terjadi                                            pendarahan spontan pada hidung
            2. Palpasi         :Kemungkinan vocal vremitus menurun akibat kualitas pernapasan                                       buruk karena pendarahan pada saluran respirasi
            3. Perkusi        : Suara paru sonor atau pekak
            4. Auskultasi   : Adanya suara napas tambahan whezing atau ronchi yang muncul                                       akibat dari komplikasi gejala lain..

2.5 Diagnosa Keperawatan
NO
DIAGNOSA
TTD
1
Ti ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis















2.6Intervensi
NO
TANGGAL
DIAGNOSA KEPERAWATAN / KODE
NOC DAN INDIKATOR
URAIAN AKTIFITAS DAN RENCANA TINDAKAN
1
25-AGUSTUS-2016
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis.
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam cairan dalam tubuh terpenuhi.
1.status nutrisi : pengukuran biokimia (1005)

KODE
INDIKATOR
S.A
S.T
100503
Hemoglobin
3
5
100506
 Limfosit
3
5
Keterangan :
1.sangat menyimpang dari rentang normal
2. banyak menyimpang dari rentang normal
3. cukup menyimpang dari rentang normal
4.sedikit menyimpang dari rentang normal
5. tidak menyimpang dari rentang normal

1.       Menejemen nutrisi
a)      Monitor kalori dan asupan makanan
b)      Menciptakan lingkungan optimal saat mengkonsumsi makanan
c)      Memberikan cara bagaimana menyiapkan makanan  dengan aman
d)     Mengontrol pemberian obat





Intervensi yang  digunakan :
1.      Monitor  kalori dan asupan makanan
2.      Menciptakan lingkungan optimal saat mengkonsumsi makanan
3.      Memberikan cara bagaimana menyiapkan makanan dengan aman
4.      Mengontrol pemberian obat



BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
       ITP merupakan singkatan dari Ideopatik Trombositopenia Purpura. Ideopatik diartikan sebagai penyebab yangtidakdiketahui. Trombositopenia adalah jumlah trombosit dalam darah berada dibawah normal. Purpura adalah memar kebiruan disebabkan oleh pendarahan dibawah kulit. Memar menunjukkan bahwa telah terjadi pendarahan di pembuluh darah kecil dibawah kulit (Dorland, W.A Newma, 2006).ITP diklarifikasikan ada 2 macamyaitu ITP kronik dan ITP akut dengan tanda dan gejala bintik-bintik merah, memar atau daerah kebiruan pada kulit, hidung mengeluarkan darah atau pendarahan padagusi. ITP dapat diobati dengan terapi dasar dan farmakologi yang tepat.



Daftar Pustaka

      Bakta,I made.2006.hematologi klinik dan ringkas.jakarta:EGC Mansjoer,Arif.kapita elekta jilid II.FK UI
      Medicineworl, 2008, Drugs causing thrombocytopenia or low platelet count, (Online), (http://medicineworld.org/physicians/hematology/thrombocytopenia.html, diaksestanggal 21 September2008)
      Setiabudy, Rahajunigsih D, 2007, HemostatisdanTrombosisEdisi 3, BalaiPenerbit FK UI : Jakarta