BAB
1
KONSEP
MEDIS
1.1 Pengertian
ITP
merupakan singkatan dari Ideopatik Trombositopenia Purpura.Ideopatik diartikan
sebagai penyebab yang tidak diketahui. Trombositopenia adalah jumlah trombosit dalam darah berada dibawah
normal. Purpura adalah memar kebiruan disebabkan oleh pendarahan dibawah kulit. Memar menunjukkan bahwa telah terjadi pendarahan
di pembuluh darah kecil dibawah kulit (Dorland, W.A Newma, 2006).
ITP adalah syndrome yang di dalamnya terdapat penurunan jumlah trombosit
yang bersirkulasi dalam keadaan sum-sum normal (normalnya adalah 150.000 sampai 450.000 ) atau dapat diartikan bahwa idiopatik trombositopenia purpura adalah kondisi perdarahan dimana darah tidak keluar dengan semestinya terjadi karena jumlah
platelet atau trombosit rendah. Sirkulasi platelet melalui pembuluh darah dan membantu penghentian perdarahan dengan cara menggumpal. ITP juga di artikan sebagai suatu kelainan yang
berupa gangguan autoimun yang mengakibatkan trombositopenia karena adanya
penghancuran trombosit secara dini dalam sistem retikuloendotel akibat adanya
autoantibody terhadap trombosit yang biasanya berasal dari Immunoglobulin IgG.
Adanya trombositopenia pada ITP ini akan mengakibatkan gangguan pada sistem
hemostasis karana trombosit bersama dengan sistem vaskular faktor koagulasi
darah(wiwik dan Sulistiyo, 2008 : 130).
1.1.1
Klasifikasi ITP
a.
Akut
1)
Pada anak-anak dan dewasa muda.
2)
Riwayat infeksi virus 1-3 minggu sebelumnya.
3)
Gejala pendarahan bersifat mendadak.
4)
Lama penyakit 2-6 minggu atau 6 bulan, jarang lebih
dan remisi spontan pada 80% kasus.
5)
Tidak dijumpai kekambuhan berikutnya.
b.
Kronik
1)
Paling banyak terjadi pada wanita muda dan pertengahan.
2)
Jarang terdapat infeksi sebelumnya.
3)
Gejala pendarahan bersifat menyusup, pada wanita
berupa menomethoragi.
4)
Trombositopenia berlangsung lebih dari 6 bulan setelah
diagnostik.
5)
Jumlah trombosit tetap di bawah normal selama penyakit.
6)
Jarang ternyadi remisi spontan.
1.1.2 Prognosis
ITP
a.
Pada anak-anak 89% sembuh, 54% sembuh dalam 4-8
minggu, 2% meninggal.
b.
Pada orang dewasa 64% sembuh, 30% penyakit kronik, 5%
meninggal.
c.
Bila pasien tidak mengalami pendarahan dan memiliki
jumlah trombosit diatas. 20.000/, haris dipertimbangkan untuk tidak
memberikan terapi karena banyak pasien trombositopenia kronik yang parah dapat
hidup selama 2-3 dekade.
Tabel Perbedaan ITP Akut Dengan ITP Kronik
(Bakta, 2006; Mehta, et. Al,2006)
ITP Akut
|
ITP Kronik
|
|
Awal
Penyakit
|
2-6
tahun
|
20-40
tahun
|
Rasio
L:P
|
1:1
|
1:2-3
|
Trombosit
|
<20.000/mL
|
30.000-100.000/mL
|
Lama
penyakit
|
2-6
minggu
|
Beberapatahun
|
Perdarahan
|
Berulang
|
Beberapa
hari/minggu
|
1.2 Etiologi
Penyebab pasti dari ITP belum diketahui.Kemungkinan disebabkan oleh akibat:
a.
Intoksikasi makanan atau obat (asetosal para amino
salisilat (PAS), Fenil butazon diamokina, sedormid).
b.
Penurunan produksi trombosit defektif didalam
sumsum tulang.
c.
Peningkatan proses perhancuran trombosit diluar sumsum
tulang yang disebabkan pengyakit atau gangguan lain seperti seosis hati,
koagulasi intrafaskular, diseminata.
d.
Sekuestrasi (hiperplenisme, hipotermia) atau
kehilangan trombosit.
e.
Infeksi virus (epstein-barr atau monolukleusis infeksius,
virus demam berdarah.
f.
Reaksi autoimun yang menyerang trombosit dengan
menghancurkannya secara berlebihan sehingga terjadi trombositopenia.
1.3 Patofisiologi
Terjadinya ITP melibatkan autoantibody
(IgG) terhadap glikoprotein yang
ada pada membran trombosit. Sehingga terjadi penghancuran trombosit yang
diselimuti antibody (antibody-coated platelets) oleh makrofag yang terdapat
pada limfa dan organ retikuloendotelial lainnya. Megakariosit dalam sumsum
tulang bisa meningkat dan bisa juga normal pada kasus ITP. Sedangkan kadar
trombopoitin dalam plasma mengalami penurunan terutama pada ITP kronis. Pada
ITP akut telah dipercaya bahwa penghancuran trombosit karena adanya antibodi
yang dibentuk pada saat terjadinya respon imun terhadap infeksi bakteri atau
virus ataupun saat pemberian imunisasi, yang bereaksi silang dengan antigen
dari trombosit. Pada ITP kronis telah terjadi gangguan dalam regulasi sistem
imun, seperti penyakit autoimun lainnya yang berakibat terbentuknya antibodi
spesifik terhadap trombosit. Saat ini telah diidentifikasi beberapa jenis
glikoprotein permukaan trombosit pada ITP diantaranya Gp Ilb-Ila, Gp Ib dan GP
V. Antibodi ini menyebabkan lokalisasi protein komplemen atau lisis trombosis
dalam sirkulasi bebas. ITP juga dapat timbul setelah infeksi, khususnya pada
anak-anak dan sering timbul tanpa adanya peristiwa pendahuluan. ITP yang
menetap biasanya dapat ditekan dengan kortikosteroid untuk mengurangi pembuangan trombosit oleh
limpa dan hati.
Reaksi autoimun menyerang platelet dengan
menghancurkannya secara berlebihan sehingga terjadi trombositopenia.
Penghancuran ini juga bisa dilakukan oleh antibodi dari obat dengan melawan
jaringannya sendiri. Normalnya jumlah platelet hanya mampu bertahan 1-3 hari
atau bahkan kurang. Pada remaja indikasi tindakan tergantung dari tingkat
perdarahan dan trombositosis.
Penderita dengan trombositopenia
kebanyakan mengalami pendarahan yang terjadi karena peristiwa agresi pada pada
trombosit dan dapat menyumbat kapiler-kapiler kecil sehingga merusak
kapiler-kapiler tersebut dan mengakibatkan perdarahan pada jaringan (Wiwik dan
Sulistyo, 2008:131).
1.4 Pathway
ideopatik, Penurunan
produksi trombosit, virus dan bakteri
Reaksi autoimun
Auto antibody
(IgG)
Melekat pada
trombosit
Menyerang platelet dalam
darah
Dihancurkan oleh makrofag di RE,
penghancuran
Trombosit
berlebihan
Jumlah
trombosit menurun
ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
dari kebutuhan tubuh ITP intoleransi aktivitas
Nafsu makan menurun Trombositopenia Mudah
lelah
Pendarahan
Anemia
Kadar Hb purpura
Ketidakseimbangan
perfusi Kerusakan
jaringan integritas kulit
1.5 Tanda
dan Gejala
a. Bintik-bintik merah pada kulit terutama di
daerah kaki.Bintik-bintik tersebut dikenal dengan petechiae yang disebabkan karena adanya pendarahan dibawah kulit.
b.
Memaratau daerah kebiruan pada kulit atau membrane mukosa (seperti di bawahmulut) disebabkan pendarahan di bawahkulit.
c.
Hidung mengeluarkan darah atau pendarahan padagusi.
d.
Ada
darahpadaurindanfeses.
e.
Beberapa macam pendarahan
yang sukar dihentikan dapat menjadi tanda ITP termasuk menstruasi yang berkepanjangan pada wanita.
f.
Jumlah
platelet yang rendahakan menyebabkan nyeri,
fatigue (kelelahan), sulit berkonsentrasi, ataugejala yang lain.
1.6 Pemeriksaan
Diagnostik
a.
Jumlah trombosit rendah (normal: 150.000-450.000 ).
b.
Tes kerapuhan kapiler meningkat.
c.
Aspirasi sumsum tulang menunjukkan
peningkatan jumlah megakariosit. (N: dewasa:0,1%, anak-anak:0,1%, bayi:0,5%).
d.
Perhitungan darah secara lengkap
(hemoglobin, hematrokit, leukosit, trombosit, dan eritrosit).
e.
Uji anti bodi trombosit dilakukan bila
diagnostik diragukan:
1) Biopsi
jaringan pada kulit dan gusi.
2) Pemeriksaan
dengan slip lamp: untuk melihat adanya uveitis.
3) Biopsi
ginjal.
4) Foto
torax dan uji paru (evusi, fibrosis interstial paru).
1.7 Komplikasi
a. Reaksi
transfusi.
b. Relaps.
c. Pendarahan
dan nyeri pada susunan saraf pusat.
1.8 Penatalaksanaan
1.8.1
Terapiawal
ITP (standar):
a.
Prednison
Terapi awal prednisoon atau prednisondosis 0,5-1,2 mg/kgBB/hari selama 2 minggu. Respon terapi prednisone terjadi dalam 2
minggu dan pada umumnya terjadi dalam minngu pertama,
bila respon baik dilanjutkan sampai 1 bulan.
b.
ImunoglobulinIntravena(IgIV)
Imunoglobulin intra vena dosis
1g/kg/hr selama 2-3
hari berturut-turutdigunakan bila terjadi pendarahan internal, saat AT(antibody trombosit) <5000/ml meskipun telah mendapat terapi kortikosteroid dalam beberapa hari atau adanya purpura yang
progresif. Pendekatan terapi konvensional untuk pasien yang
dengan terapi standarkortikosteroid tidak membaik, ada beberapa pilihan terapi yang dapat digunakan, yaitu:
1)
Steroid
dosistinggi
Terapi pasien ITP
refrak terselain predni solon dapat digunakan deksame tasonoral
dosistinggi. Deksametason
40 mg/hr selama
4minggu, diulangsetiap 28 hariuntuk 6 siklus.
2)
Metiprednisolon
Metilprednisolon dosis tinggi dapat diberikan pada ITP
anak dan dewasa yang resisten terhadap terapi prednisone dosis konvensional. Dari hasil penelitian menggunakan dosis tinggi metiprednisolon 30 mg/kg iv kemudian dosis diturun kantiap 3 hari sampai 1 mg/kg sekali sehari.
3)
Ig IV dosis tinggi
Imunoglobulin iv dosis tinggi 1
mg/kg/hr selama 2
hari berturut-turut,
sering dikombinasi dengan kortikosteroid akan meningkatkan
AT dengan cepat. Efek samping terutama sakit kepala.
1.8.2
Farmakologi
a. ITP Akut
1)
Ringan: observasi tanpa pengobatan → sembuh spontan.
2)
Bila setelah 2 minggu tanpa pengobatan jumlah trombosit belum naik, maka berikan kortikosteroid.
3)
Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid, maka berikan immunoglobulin per IV.
4)
Bila keadaan gawat, maka berikan transfuse suspense trombosit.
b.
ITP Kronik
1) Kortikosteroid diberikan selama 5 bulan.
Misalnya: prednisone 2 – 5 mg/kgBB/hariperoral. Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid berikan
immunoglobulin (IV).
2) Imunosupressan: 6 – merkaptopurin 2,5 – 5
mg/kgBB/hariperoral.
a)
Azatioprin 2 – 4 mg/kgBB/hari per oral.
b)
Siklofosfamid 2 mg/kgBB/hari per oral.
3) Splenektomi.
b)
Indikasi:
1)
Resisten terhadap pemberian kortikosteroid dan imunosupresif selama 2 – 3 bulan.
2)
Remisi spontan tidak terjadi dalam waktu 6 bulan pemberian kortikosteroid saja dengan gambaran klinis sedang sampai berat.
3)
Penderita yang menunjukkan respon terhadap kortikosteroid namun perlu dosis tinggi untuk mempertahankan klinis yang baik tanpa perdarahan.
c)
Kontraindikasi:
1)
Anakusia sebelum 2 tahun: fung silimpa terhadap infeksi belum dapat diambil alih oleh alat tubuh yang lain (hati, kelenjar getah bening dan thymus).
BAB
2
KONSEP
KEPERAWATAN
Asuhan
Keperawatan Ideopatik Trombositopenia Purpura
Asuhan
Keperawatan pada Klien Tn.R dengan penyakit ITP diruangan Mawar RS dr. SoetomoSurabaya
Tn.R 30 tahun dibawa oleh keluarganya ke
rumah sakit dengan keluhan nyeri panas serta timbul bercak-bercak kemerahan
terjadi pada bagian kaki dan tangan. Setelah dilakukan pemeriksaan diperoleh
data sebagai berikut.
2.1 Pengkajian
a. Keluhan utama : Bintik-bintik kemerahan yang muncul
akibat pendarahan dibawah kulit, keluarnya darah dari pembuluh darah ke dermis, dan ruam tidak memucat bila ditekan. Nilai
ptekie kurang dari 5 mm apabila memucat ketika ditekan. Sedangkan lebih dari 5 mm disebut purpura. Petekie ditemukan bila jumlah trombosit < 30.000/mm3.
b. Riwayat penyakit dahulu : Pada trombositopenia
akuista, kemungkinan penggunaan satu atau
beberapa obat penyebab trombositopenia (heparin, kuinidin, kuinin, antibiotik yang mengandung sulfa, beberapa obat diabetes per-oral, garamemas, rifampin).
c. Riwayat penyakit keluarga : ITP juga memiliki kecenderungan genetic pada kembar monozigot dan pada beberapa keluarga, serta telah diketahui adanya kecenderungan menghasilkan autoantibody pada anggota keluarga
yang sama.
d. Riwayatpenyakit sekarang : Sering disebut juga mimisan yaitu satu keadaan pendarahan dari hidung yang keluar melalui lubang hidung akibat adanya kelainan local padarongga hidung ataupun karena kelainan yang
terjadi di tempat lain dari tubuh.
2.2 Pola Fungsi Kesehatan
a.
Pola persepsi terhadap kesehatan
Terjadi perubahan karena
defisit perawatan diri akibat kelemahan, sehingga menimbulkan masalah kesehatan lain yang juga memerlukan perawatan
yang serius akibat infeksi.
b.
Pola nutrisi metabolism
Penderita pada umumnya kehilangan nafsu makan, dan sering terjadi pendarahan pada saluran pencernaan.
c.
Pola eliminasi
Pola ini biasanya terjadi perubahan pada eliminasi akut karena asupan nutrisi yang kurang sehingga penderita biasanya tidak bisa BAB secara normal. Terjadi melena dan hematuria adalah hal yang sering
dihadapi klien.
d.
Pola istirahat-tidur
Gangguan kualitas tidur akibat perdarahan yang sering
terjadi.
e.
Pola aktivitas latihan
Penderita terjadi kelelahan umum dan kelemahan otot,
kelelahan, nyeri akan mempengaruhi aktifitas pada penderita ITP.
f.
Pola persepsidiri
Adanya kecemasan, menyangkal dari kondisi, ketakutan dan mudah terangsang,
perasaan tidak berdaya dan tidak punya harapan untuk sembuh.
g.
Pola kognitif
perseptual
Perubahan
status kesehatan dapat mempengaruhi kemampuan panca indra penglihatan dan pendengaran
akibat dari efek samping obat pada saat dalam tahap penyembuhan.
h.
Pola toleransi
koping stress
Adanya ketidak efektifan dalam mengatasi masalah individu dan keluarga pada klien.
i.
Pola reproduksi seksual
Pada umumnya terjadi penurunan fungsi seksualitas pada penderita
ITP.
j.
Pola hubungan peran
Terjadi keadaan yang sangat menggangu hubungan interpersonal karena klien dengan ITP dikenal sebagai penyakit yang
menakutkan.
k.
Pola nilai dan kepercayaan
Timbulnya
distress spiritual pada diri penderita,
bila terjadi serangan yang hebatatau penderita tampak kurangsehat.
2.3 Data
Obyektif
a.
Keadaan Umum
Penderita dalam
kelemahan, apatis, stupor, somnolen, soporo coma dan coma. Tanda vital : suhu meningkat,
takikardi, takipnea, dyspnea, tekanan
darah meningkat.
b.
Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi :Adanya dispnea,
takipnea, sputum mengandung darah, terjadi pendarahan spontan pada hidung
2. Palpasi :Kemungkinan vocal vremitus menurun akibat kualitas pernapasan buruk karena pendarahan pada saluran respirasi
3. Perkusi : Suara paru sonor atau pekak
4. Auskultasi : Adanya suara napas tambahan whezing atau
ronchi yang muncul akibat dari komplikasi gejala lain..
2.5
Diagnosa Keperawatan
NO
|
DIAGNOSA
|
TTD
|
1
|
Ti
ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
faktor biologis
|
2.6Intervensi
NO
|
TANGGAL
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN / KODE
|
NOC
DAN INDIKATOR
|
URAIAN
AKTIFITAS DAN RENCANA TINDAKAN
|
||||||||||||
1
|
25-AGUSTUS-2016
|
Ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis.
|
Tujuan
:
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam cairan dalam tubuh terpenuhi.
1.status
nutrisi : pengukuran biokimia (1005)
Keterangan
:
1.sangat
menyimpang dari rentang normal
2.
banyak menyimpang dari rentang normal
3.
cukup menyimpang dari rentang normal
4.sedikit
menyimpang dari rentang normal
5.
tidak menyimpang dari rentang normal
|
1. Menejemen
nutrisi
a) Monitor
kalori dan asupan makanan
b) Menciptakan
lingkungan optimal saat mengkonsumsi makanan
c) Memberikan
cara bagaimana menyiapkan makanan
dengan aman
d) Mengontrol
pemberian obat
Intervensi
yang digunakan :
1. Monitor kalori dan asupan makanan
2. Menciptakan
lingkungan optimal saat mengkonsumsi makanan
3. Memberikan
cara bagaimana menyiapkan makanan dengan aman
4. Mengontrol
pemberian obat
|
BAB
3
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
ITP merupakan singkatan dari Ideopatik
Trombositopenia Purpura. Ideopatik diartikan sebagai penyebab yangtidakdiketahui. Trombositopenia adalah jumlah trombosit dalam darah berada dibawah normal. Purpura adalah memar kebiruan disebabkan oleh pendarahan dibawah kulit. Memar menunjukkan bahwa telah terjadi pendarahan
di pembuluh darah kecil dibawah kulit (Dorland, W.A Newma, 2006).ITP diklarifikasikan ada 2 macamyaitu ITP kronik dan ITP akut dengan tanda dan gejala bintik-bintik merah, memar atau daerah kebiruan pada kulit, hidung mengeluarkan darah atau pendarahan padagusi. ITP dapat diobati dengan terapi dasar dan farmakologi
yang tepat.
Daftar
Pustaka
Bakta,I made.2006.hematologi klinik dan
ringkas.jakarta:EGC Mansjoer,Arif.kapita elekta jilid II.FK UI
Medicineworl,
2008, Drugs causing thrombocytopenia or low platelet count, (Online),
(http://medicineworld.org/physicians/hematology/thrombocytopenia.html,
diaksestanggal 21 September2008)
Setiabudy,
Rahajunigsih D, 2007, HemostatisdanTrombosisEdisi 3, BalaiPenerbit FK UI :
Jakarta